A.
TOPIK :
Pengaruh Cermin Datar dan Cermin Cembung
terhadap Prilaku Pertahanan Ikan Cupang
B.
TUJUAN :
1.
Mahasiswa dapat
mengamati prilaku ikan cupang ketika dihadapkan pada cermin datar.
2.
Mahasiswa dapat
mengamati prilaku ikan cupang ketika dihadapkan pada cermin cembung.
3.
Mahasiswa dapat
mengetahui frekuensi membuka operculum ketika dihadapkan pada cermin datar.
4.
Mahasiswa dapat
mengetahui frekuensi membuka operculum ketika dihadapkan pada cermin cembung.
C.
ALAT DAN BAHAN :
1.
Akuarium ukuran 40 x 20 x 20 cm kubik
2.
Air
3.
Ikan cupang 3 ekor jantan
4.
Cermin datar
5.
Cermin cembung
D.
LANGKAH KERJA :
1.
Sediakan akuarium
kemudian isi akuarium setengah akuarium
ukuran 40 x 20 x 20 cm kubik dengan air
2.
Masukan ikan cupang
ke dalam akuarium. Tunggu sampai 10 menit agar ikan menyesuaikan dengan kondisi
akuarium amati prilakunya dan banyaknya muncul kepermukaan air.
3.
Masukkan cermin
datar, sambil dihadapkan pada ikan cupang supaya ikan cupang melihat
bayangannya di cermin delama 10 menit, sambil mengamati prilaku ikan cupang.
4.
Mencatat banyaknya
membukanya operculum iksn cupang selama 10 menit.
5.
Mencatat banyaknya
muncul kepermukaan air selama 10 menit.
6.
Lakukan percobaan
diatas dari langkah 2-5, dengan mengganti menggunakan cermin cembung.
7.
Percobaan kembali
diulang dengan mengganti ikan cupang yang lain.
E.
DASAR TEORI
Sebagian besar
ikan adalah jenis hewan poikiloterm, artinya suhu tubuh tergantung pada suhu
lingkungan. Ikan tidak dapat mempertahankan suhu tubuh yang berbeda dengan
lingkungan karena sistem pergerakan panas dalam otot-ototnya sebanding dengan
yang melalui insang, yaitu sebagian besar panas dalam darah ditransferkan ke
otot melalui pembuluh arteri yang merupakan tempat pertukaran gas. Agar suhu
tubuhnya tetap stabil ikan melakukan pergerakan misalnya diurnal, nokturnal, musiman
dll.(Yushita,2002:5)
Insang merupakan
ciri sistem pernafasan pada ikan secara embriologis, yaitu celah insang tumbuh
sebagai hasil dari serentetan evaginasi faring yang tumbuh ke luar dan bertemu dengan
invaginasi dari luar. Setiap kali mulut dibuka maka air dari luar akan masuk
menuju faring kemudian keluar lagi melewati celah insang(Moch. Ichsan Effendie,
1997: 13).
Proses
pernafasan sendiri adalah proses pengikatan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida oleh darah melalui permukaan alat pernafasan. Proses pengikatan
oksigen tersebut selain dipengaruhi struktur alat pernafasan,juga dipengaruhi
perbedaan tekanan parsial O₂
antara perairan dengan darah. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan gas-gas
berdifusi ke dalam dan keluar melalui alat pernafasan (Yushinta, 2002: 112)
Proses pernafasan pada ikan dapat dibagi
menjadi 4 tahap, yaitu:
1.
Pertukaran udara
melalui permukaan alat pernafasan
2.
Difusi oksigen dan
karbondioksida antar insang dan darah
3.
Transpor O₂
dan CO₂
di dalam darah dan cairan tubuh dari tubuh ke dan dari sel
4.
Pengaturan
pernafasan (Yushinta, 2002; 116)
Oksigen
sebagai bahan pernafasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme.
Oleh sebab itu, kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemampuannya memperoleh
oksigen yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut dalam
perairan, tentu saja akan mempengaruhi fisiologi respirasi ikan, dan hanya ikan
yang memiliki sistem respirasi yang
sesuai dapat bertahan hidup. (Yushinta,2002:112)
Salah
satu ikan yang dapat bertahan di daerah yang kurang menguntungkan ini adalah
betta/cupang. Ikan ini memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut dengan
labirin. Dengan adanya labirin, ikan cupang dapat mengambil dan menyimpan
oksigen lebih banyak. Oleh sebab itu, ikan ini mampu hidup di perairan yang
relatif tenang dan miskin oksigen. Bisa dimengerti perairan yang tenang
cenderung memiliki kadar oksigen terlarut yang sedikit karena airnya tidak
mengalir. Berbeda dengan air yang mengalir yang cenderung mudah terpecah bagian
permukaannya, sehingga oksigen udara dapat masuk dengan mudah ke bagian air.
Klasifikasi Dan Morfologi Cupang
Menurut beberapa literatur, nama cupang dimiliki oleh marga Trichopsis seperti Trichop sisvittatus (cupang merah), Trichopsis pumillus (cupang biru), danTrichopsis scalleri (cupang hijau). Ikan “asli”
sawahini yang pada awalnya
yang menyandang nama ikan cupang tersebut. Namun sejak tahun 60-an, cupang dari margaTrichopsis justru kalah pamor dibandingkan cupang dari marga Betta. Hal tersebut disebabkan warna dan bentuk tubuh ”cupang asli” bermarga Trichopsis ini kalah menarik dibandingkan ikan cupang bermarga Betta. Sejak saat itu masyarakat lebih sering menyebutkan ikan dari marga Betta sebagai ikan cupang, baik cupang hias kontes maupun cupang aduan.
1.
Klasifikasi
Sering kali ,terdapat perbedaan dikalangan masyarakat awam dalam menyebutkan ikan yang sebetulnya layak diberi nama ikan cupang. Hal tersebut disebabkan miripnya morfologi ikan yang berasal dari family Anabantidae ini.Namun, untuk membedakannya dengan ikan sefamililainnya, para ahli pun memasukkan ikan cupang dalam klasifikasi berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Craeniata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actinopterygii
Super
Ordo : Teleostei
Ordo : Percomorphoidei
Subordo : Anabantoidei
Famili : Anabantidae
Genus : Betta
Spesies : Betta Splendens
2.
Morfologi
Cara mudah untuk mengenali suatu jenis ikan yaitu dengan melihat morfologi atau bentuk tubuhnya. Pada kasus ikan cupang,
banyaknya persilangan yang dilakukan penangkaran membuat ikan cupang memiliki ragam
perbedaan pada bentuk sirip dan warna tubuhnya. Namun, perbedaan secara umum masih dapat diketahui. Dengan
begitu, perbedaan antara ikan cupang dengan ikan lainnya, cupang jantan dengan ikan
betina, serta cupang aduan dan cupang hias dapat dengan nmudah diketahui oleh
orang awam sekalipun.
Secara
umum, bentuk tubuh ikan cupang cukup bervariasi, mulai dari pipih (compressed)
hingga silinder. Sisiknya terlihat besar dan kasar. Adapun pangkal ekor
terlihat lebar sehingga tubuhnya terlihat kokoh dan kuat. Lebih spesifik, letak
mata cenderung horisontal terhadap bibir. Bahkan, beberapa jenis cupang
memiliki letak mata yang sedikit lebih rendah dari bibirnya. Sementara jumlah
siripnya lengkap, yaitu terdiri dari sirip pektoral (sirip insang), sirip
dorsal (sirip punggung), sirip ventral (sirip perut), sirip anal (sirip dubur),
dan sirip kaudal (sirip ekor).
b.
Perbedaan morfologi
cupang jantan dan betina
Secara
kasat mata, perbedaan antara ikan cupang jantan dan cupang betina dapat dilihat
dari bentuk dan warna tubuhnya. Berikut beberapa ciri yang membedakan cupang
jantan dan cupang betina.
Cupang jantan:
·
Warna tubuh atraktif
dan berwarna-warni
·
Siripnya terlihat
mengembang dengan indah
·
Bentuk tubuh lebih
panjang dan lebih ramping dibandingkan cupang betina.
Cupang betina:
·
Warna tubuh
cebderung pucat dan tidak atraktif
·
Sirip tidak selebar
dan tidak seindah cupang jantan
·
Bentuk tubuh pendek
dan gemuk
c.
Perbedaan morfologi
antara cupang hias dengan cupang aduan
Adapun
perbedaan antara cupag hias dan cupang adu pun dapat dilihat dengan kasat mata.
Pada dasarnya, semua cupang memiliki agresivitas tinggi dan gemar bertarung. Untuk
cupang hias, jenis cupang yang mimiliki warna tubuh yang indah, begitupula
dengan siripnya. Semakin mengembang siripnya, akan semakin indah. Sedangkan
cupang aduan umumnya tidak memiliki sirip yang lebar dan indah. Namun
perawakannya justru terlihat garang, bergigi tajam, ring bibit tebal ,dan
berwarna gelap. Cupang adu ditandai dengan warna tubuh yang cenderung gelap.
Habitat dan Perilaku Cupang
Sebagaimana
makhluk hidup lainnya, cupang memperhatikan faktor internal dan ekternal yang
mempengaruhi dalam kalangsungan hidup cupang. Faktor internal dan eksternal
yang dimaksud terkait dengan habitat dan prilaku cupang.
1.
Habitat
Habitat
merupakan tempat hidup dimana cuang beraktivitas dan bereproduksi selama
hidupnya. Di habitat yang sesuai ikan cupang dapat tumbuh dan berkembang biak
secara optimal. Adapun karakteristik perairan yang sesuai ditunjukkan dengan
beberapa parameter seperti keasaman (pH) air, suhu perairan, serta kesadahan.
Di
alam, cupang ditemukan di daerah beriklim tropis dan hidup di sungai, rawa,
persawahan, serta perairan tawar dangkal lainnya. Bisa dibayangkan, habitat
cupang alam yang tenang dan teduh akan mudah ditemui di daerah yang banyak
ditumbuhi pepohonan. Jika dilakukan pengukuran, umumnya perairan seperti ini mempunyai
beberapa karakteristik, yaitu pH 6,5-7,5 kesadahan air berkisar 5-12 dH, dan
suhu air 24-30°.
Ikan
cupang memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut dengan labirin. Dengan
adanya labirin, ikan cupang dapat mengambil dan menyimpan oksigen lebih banyak.
Oleh sebab itu, ikan ini mampu hidup di perairan yang relatif tenang dan miskin
oksigen sekali pun. Bisa dimengerti kadar oksigen terlarut yang sedikit karena
airnya tidak mengalir. Air yang mengalir cenderung mudah terpecah di bagian
permukaannya sehingga oksigen udara dapat dengan mudah masuk ke badan air.
2.
Perilaku Cupang
Perilaku
berhubungan dengan tingkah laku alami yang ditunjukkan ikan cupang. Salah
satunya yaitu perilaku mempertahankan wilayah. Sebagaimana hewan pemangsa
lainnya ikan cupang cenderung mendominasi ruang tempat habitatnya tinggal. Oleh
sebab itu, cupang jantan akan berusaha mengusir cupang jantan lain yang
memasuki wilayahnya. Jika sudah begitu, perkelahian pun dilakukan keduanya
untuk menunjukkan identitas sang jawara dan yang berhak menjadi penguasa.
Sikap
agresif ikan cupang ini hanya ditunjukkan pada sesama jenisnya. Ikan cupang
jantan cenderung bisa berdamai dengan ikan jenis lainnya. Hal tersebut terlihat
dari sikap cupang jantan ketika ikan jenis lain mendekati wilayahnya. Ikan
cupang akan mengusir ikan lain yang melewati “markasnya” tersebut dengan
sedikit gerakan sehingga “tamu tak diundang” itu pun menjauh. Namun, jika sang
“tamu” tersebut cupang jantan, sang cupang penguasa wilayah pun akan terus
mengejar tamunya tersebut tanpa ampun.
3.
Perilaku Agonistik Ikan
Cupang Adu (Betta Spendens)
Perilaku
agonistik adalah perilaku yang berhubungan dengan konflik, termasuk berkelahi
(fighting), melarikan diri (escaping), dan diam (freezing) (Lehner,1996).
Perilaku agonistik meliputi pula beragam ancaman atau perkelahian yang terjadi
antar individu dalam suatu populasi.
Perilaku
agonistik berkaitan erat dengan agresivitas, yaitu kecenderungan untuk
melakukan serangan atau perkelahian. Bentuk-bentuk perilaku tersebut dapat
berupa postur tubuh maupun gerakan yang diperlihatkan oleh individu pemenang
maupun individu yang kalah dalam kontes perkelahian (Kikkawa & Thorne,
1974)
Perilaku
agonistik merupakan salah satu bentuk konflik yang menunjukkan perilaku atau
postur tubuh atau penampilan yang khas (display) yang melibatkan mengancam
(threat), perkelahian (fighting), melarikan diri (escaping), dan diam
(freezing) antar individu dalam populasi atau antar populasi. Individu yang
agresif dan mampu menguasai arena perkelahian (teritori) akan memunculkan individu
yang kuat (dominan) atau lemah (sub missive
/subordinat). Populasi untuk mengetahui perilaku agonistik ini digunakan
ikan cupang adu sebagai hewan uji. Cupang adu (Betta spendens) merupakan jenis
ikan laga, individu jantan dapat sangat agresif terhadap jantan lainnya dalam
sebuah arena bertarung. Dengan adanya akuarium sebagai media bertarung, maka
diharapkan dapat dengan mudah diamati perilaku agonistik diantara ikan cupang
jantan.
Baik secara
instinktif maupun perilaku terlatih, Betta spendens memiliki karakteristik
respons agresif. Dalam suhu air kira-kira antara 24-29 C, ikan cupang secara
normal merupakan ikan yang berperilaku sangat. Beberapa perilaku agonistik
cupang yang diketahui antara lain:
·
Approach (Ap);
mendekat,berenang cepat kemudian berhenti di dekat bayangannya/ ikan lain.
·
Bite; menggigit lawan.
·
Chase (Ch); mengejar
lawan yang melarikan diri.
·
Frontal threat (FT);
mengancam dari depan dengan membuka operculum, dagu direndahkan dan melebarkan
sirip dada saat berhadapan dengan lawan.
·
Side threat (ST);
mengancam dari pinggir dengan membuka operculum, dagu direndahkan ke arah lawan
dan semua sirip dikembangkan.
·
Mouth to mouth contact
(MC); kontak mulut ke mulut yaitu dua individu akan saling mendorong, naik, dan
mencengkeram dengan mulut.
·
Flight (FI); melarikan
diri.
·
Tail flagging (TF);
mengibaskan ekor.
·
Circle (Cl); bergerak
memutar arah setelah mendekati lawan.
·
Explore (Ex);
menjelajah area tanpa arah yang jelas.
Kebutuhan Oksigen
Kebutuhan
oksigen ikan sangat dipengaruhi umur, aktivitas, serta kondisi perairan.
Semakin tua suatu organisme, laju metabolismenya semakin rendah. Selain itu,
umur mempengaruhi ukuran ikan, sedangkan ukuran ikan yang berbeda membutuhkan
oksigen yang berbeda pula. Semakin besar ukuran ikan, jumlah konsumsi oksigen
per mg berat badan semakin rendah. Selain perbedaan ukuran, perbedaan aktivitas
juga menyebabkan perbedaan kebutuhan oksigen. Jenis ikan yang melakukan
perburuan, membutuhkan oksigen lebih banyak dibanding ikan yang hanya menunggu
mangsanya. Namun demikian, pemenuhan kebutuhan ini sangat ditentukan oleh
kondisi perairan terutama kelarutan oksigen. (Yushinta, 2002: 122)
Untuk
menyelidiki karakteristik prilaku ikan cupang dapat memanipulasi bayangan ikan
sebagai musuh dengan menggunakan cermin. Cermin adalah permukaan logan atau
kaca yang bagian belakangnya berlapiskan amalgam perak sehingga dapat
memantulkan berkas cahaya hampir 100%. Permukaan yang mempunyai daya pantul
yang sangat baik terhadap cahaya disebut cermin. Cermin yang permukaan pantulnya
datar disebut dengan cermin datar dan jika permukaannya cembung disebut cermin
cembung.
Sifat
yang dibentuk oleh cermin datar adalah semu dan besar bayangan sama dengan
besar benda. Sedangkan sifat bayangan pada cermin cembung adalah bayangan yang
terjadi semu dan lebih kecil dari benda (obyek) (soepono, 1974:107)
F.
DATA PENGAMATAN
Cupang 1
No.
|
Perilaku Cupang
|
Waktu
(menit)
|
Sebelum dipasang cermin
|
Cermin
|
|
Datar
|
Cembung
|
||||
1.
|
Aktivitas/ gerakan
|
10
|
Berputar-putar, berenang cepat, berdiam.
|
Gerakan memutari cermin setelah menyerang cermin. Sirip
mengembang dan mengibarkan siripnya ke cermin
|
Gerakan setelah menumbuk memutari cermin. Ikan lebih
agresif dalam melakukan serangan, mengibarkan siripnya ke cermin
|
2.
|
Operculum
|
10
|
-
|
17
|
33
|
3.
|
Muncul kepermukaan
|
10
|
13
|
16
|
21
|
Cupang 2
No.
|
Perilaku Cupang
|
Waktu (menit)
|
Sebelum dipasang cermin
|
Cermin
|
|
Datar
|
Cembung
|
||||
1.
|
Aktivitas/ gerakan
|
10
|
Berputar-putar, ikan banyak berdiam dan sedikit
bergerak.
|
Gerakan memutari cermin setelah menyerang cermin. Sirip
mengembang dan mengibarkan siripnya ke cermin
|
Gerakan setelah menumbuk memutari cermin. Ikan lebih
agresif dalam melakukan serangan, mengibarkan siripnya ke cermin
|
2.
|
Operculum
|
10
|
-
|
10
|
18
|
3.
|
Muncul
kepermukaan
|
10
|
11
|
13
|
22
|
Cupang 3
No.
|
Prilaku Cupang
|
Waktu (menit)
|
Sebelum dipasang cermin
|
Cermin
|
|
Datar
|
Cembung
|
||||
1.
|
Aktivitas/ gerakan
|
10
|
Berputar-putar, gerakan lambat.
|
Gerakan memutari cermin setelah menyerang cermin. Setelah menumbuk cermin
sesekali menjauhi cermin. Sirip mengembang dan mengibarkan siripnya ke cermin
|
Gerakan setelah menumbuk memutari cermin. Ikan lebih agresif dalam
melakukan serangan, mengibarkan siripnya ke cermin. Sesekali menjauhi cermin
setelah menyerang.
|
2.
|
Operculum
|
10
|
-
|
18
|
27
|
3.
|
Muncul kepermukaan
|
10
|
4
|
10
|
20
|
G.
PEMBAHASAN
Percobaan
ini berjudul “Pengaruh Dua Jenis Cermin Terhadap Perilaku Pertahanan Ikan
Cupang”. Tujuan dari percobaan ini adalah
1.
Mahasiswa dapat
mengamati prilaku ikan cupang ketika dihadapkan pada cermin datar
2.
Mahasiswa dapat
mengamati prilaku ikan cupang ketika dihadapkan pada cermin cembung
3.
Mahasiswa dapat
mengetahui frekuensi membuka operculum ketika dihadapkan pada cermin datar
4.
Mahasiswa dapat
mengetahui frekuensi membuka operculum ketika dihadapkan pada cermin cembung
Percobaan
ini menggunakan akuarium dengan ukuran 40 x 20 x 20 cm kubik. Kemudian diisi
dengan air separuhnya dari volume akuarium.
Sebagian
besar Ikan adalah jenis hewan
poikiloterm, termasuk cupang (betta splendens)
yang merupakan anggota famili Anabantidae merupakan satu-satunya famili yang
mecakup seluruh ikan berlabirin. Betta splendens
memiliki tubuh yang lonjong dengan bagian depan sedikit membulat dan memipih
pada bagian belakang.
Ikan
jantan memiliki warna metalik yang mengkilat. Pada umumnya cupang dapat hidup
pada karakteristik perairan yang kurang menguntungkan, karena cupang memiliki
alat pernafasan tambahan yang disebut dengan labirin. Adapun taksonomi ikan
cupang adu (Betta splendens)
adalah:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Craeniata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actinopterygii
Super
Ordo : Teleostei
Ordo : Percomorphoidei
Subordo : Anabantoidei
Famili : Anabantidae
Genus : Betta
Spesies : BettaSplendens
Cupang
cenderung mendominasi ruangan dimana habitatnya tinggal, sehingga cupang akan selalu
meghalau cupang jantan lain yang memasuki wilayahnya, maka konflik tidak dapat
terhindarkan.
Hal
ini ditunjukkan pada percobaan saya, yaitu cupang akan selalu mendekat dan
menyerang bayangan ikan yang ada pada cermin , selanjutnya cupang berputar mengelilingi
cermin dan menyerang lagi sampai berulang-ulang
dalam waktu 10 menit . Pada percobaan yang pertama (cupang pertama)
dengan cermin datar ikan cupang melakukan serangan pada bayangan ikan ditandai
dengan membukanya operculum sebanyak 17 kali, berarti frekuensi membukanya
operculum yaitu 0,028 Hz. selanjutnya
gerakan memutari cermin setelah menyerang cermin. Setelah menumbuk cermin
sesekali menjauhi cermin. Sirip mengembang dan mengibarkan siripnya ke permukaan
cermin pada bayangan . Ikan cupang juga muncul kepermukaan air untuk mengambil
oksigen untuk bernapas sebanyak 16 kali
dalam waktu 10 menit.
Percobaan
yang kedua (cupang kedua) dengan cermin datar ikan cupang melakukan serangan pada bayangan ikan
ditandai dengan membukanya operculum sebanyak 10 kali, berarti frekuensi
membukanya operculum yaitu 0,016 Hz. Selanjutnya gerakan memutari cermin
setelah menyerang cermin. Setelah menumbuk cermin sesekali menjauhi cermin.
Sirip mengembang dan mengibarkan siripnya ke permukaan cermin pada bayangan .
Ikan cupang juga muncul kepermukaan air untuk mengambil oksigen untuk bernapas
sebanyak 13 kali dalam waktu 10 menit.
Percobaan
yang ketiga (cupang ketiga) dengan cermin datar ikan cupang melakukan serangan pada bayangan ikan
ditandai dengan membukanya operculum sebanyak 18 kali , berarti frekuensi
membukanya operculum yaitu 0,03 Hz. Selanjutnya gerakan memutari cermin setelah
menyerang cermin. Setelah menumbuk cermin sesekali menjauhi cermin. Sirip
mengembang dan mengibarkan siripnya ke permukaan cermin pada bayangan . Ikan
cupang juga muncul kepermukaan air untuk mengambil oksigen untuk bernapas
sebanyak 10 kali dalam waktu 10 menit.
Pada
percobaan yang pertama (cupang pertama) dengan cermin cembung ikan cupang melakukan serangan pada bayangan ikan
ditandai dengan membukanya operculum sebanyak
33 kali, berarti frekuensi membukanya operculum yaitu 0,055 Hz. Selanjutnya gerakan memutari cermin setelah
menyerang cermin. Setelah menumbuk cermin sesekali menjauhi cermin. Sirip
mengembang dan mengibarkan siripnya ke permukaan cermin pada bayangan . Ikan
cupang juga muncul kepermukaan air untuk mengambil oksigen untuk bernapas
sebanyak 21 kali dalam waktu 10 menit.
Pada percobaan ini dapat dilihat bahwa ikan cupang lebih agresif dalam
melakukan serangan ini dapat kita amati dari banyaknya membuka operculum.
Pada
percobaan yang kedua (cupang kedua) dengan cermin cembung ikan cupang melakukan serangan pada bayangan ikan
ditandai dengan membukanya operculum sebanyak
18 kali , berarti frekuensi membukanya operculum yaitu 0,03 Hz. Selanjutnya
gerakan memutari cermin setelah menyerang cermin. Setelah menumbuk cermin
sesekali menjauhi cermin. Sirip mengembang dan mengibarkan siripnya ke
permukaan cermin pada bayangan . Ikan cupang juga muncul kepermukaan air untuk
mengambil oksigen untuk bernapas sebanyak
22 kali dalam waktu 10 menit. Pada percobaan ini dapat dilihat bahwa
ikan cupang lebih agresif dalam melakukan serangan ini dapat kita amati dari
banyaknya membuka operculum.
Pada
percobaan yang ketiga (cupang ketiga) dengan cermin cembung ikan cupang melakukan serangan pada bayangan ikan
ditandai dengan membukanya operculum sebanyak
27 kali, berarti frekuensi membukanya operculum yaitu 0,045 Hz.
selanjutnya gerakan memutari cermin setelah menyerang cermin. Setelah menumbuk
cermin sesekali menjauhi cermin. Sirip mengembang dan mengibarkan siripnya ke
permukaan cermin pada bayangan . Ikan cupang juga muncul kepermukaan air untuk
mengambil oksigen untuk bernapas sebanyak
20 kali dalam waktu 10 menit. Pada percobaan ini dapat dilihat bahwa
ikan cupang lebih agresif dalam melakukan serangan ini dapat kita amati dari
banyaknya membuka operculum.
Dari
pengamatan perilaku cupang dengan cermin datar dan cermin cembung dapat kita
ambil kesimpulan. Bahwa sifat cermin datar dan cembung adalah selalu membentuk
bayangan maya namun pada cermin datar besar bayangan sama dengan besar bendanya
(obyek) ,sedangkan pada cermin cembung bayangan yang dibentuk oleh cermin
cembung lebih kecil dari bendanya. Atas dasar ini pada saat mengamati prilaku
cupang dengan menggunakan cermin datar dan cembung yaitu ikan cupang melakukan gerakan memutari cermin setelah
menyerang bayangan cermin. Setelah menumbuk cermin sesekali menjauhi cermin.
Sirip mengembang dan mengibarkan siripnya ke permukaan cermin pada bayangan.
Muncul kepermukaan air untuk mengambil oksigen. Namun frekuensi serangan,
membukanya operculum , dan munculnya kepermukaan air untuk mengambil oksigen
berbeda,yaitu dengan menggunakan cermin cembung diperoleh hasil bahwa ikan
cupang lebih agresif dalam melakukan aktivitas- aktivitas tersebut dan
jumlahnya lebih banyak. Hal ini disebabkan bayangan ikan cupang terhadap cermin
cembung lebih kecil dari pada ikan cupang, inilah yang menyebabkan cupang lebih
agresif.
Pada
saat ikan cupang berputar mengelilingi cermin, ikan itu melakukan pertahanan
terhadap teritorialnya dan melakukan persiapan serangan terhadap ikan cupang
lain (musuhnya). Pada saat melakukan serangan operculum membuka hal ini
dilakukan untuk menakut-nakuti musuhnya. Pada saat ikan cupang melakukan
aktivitas sering muncul kepermukaan air hal ini untuk melepaskan gelembung
udara kotor dan meneguk udara segar untuk disimpan dalam sepasang rongga di
atasnya. Karena berisi lempeng tipis yang dislimuti pembuluh darah halus,
sehingga udara tambahan tersebut dapat menukar oksigen dengan gas buangan
secara langsung. Semakin banyaknya ikan cupang melakukan aktivitas semakin
banyak juga ikan cupang muncul kepermukaan(F.D. Ommanney, 1982:55)
H.
KESIMPULAN
Dari
hasil percobaan yang berjudul “Pengaruh Cermin Datar Dan Cermin Cembung
Terhadap Perilaku Pertahanan Ikan Cupang”. Dan selanjutnya dilakukan pembahasan
maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
Pengaruh
cermin datar terhadap perilaku ikan cupang yaitu ikan cupang melakukan gerakan
memutari cermin setelah menyerang bayangan cermin. Setelah menumbuk cermin
sesekali menjauhi cermin. Sirip mengembang dan mengibarkan siripnya ke
permukaan cermin pada bayangan. Muncul kepermukaan air untuk mengambil oksigen.
Pengaruh
cermin cembung terhadap perilaku ikan cupang yaitu ikan cupang melakukan gerakan memutari cermin setelah
menyerang bayangan cermin. Setelah menumbuk cermin sesekali menjauhi cermin.
Sirip mengembang dan mengibarkan siripnya ke permukaan cermin pada bayangan.
Muncul kepermukaan air untuk mengambil oksigen.
Namun
frekuensi serangan, membukanya operculum , dan munculnya kepermukaan air untuk
mengambil oksigen berbeda , ketika ikan cupang dihadapkan pada cermin datar dan
cermin cembung ,yaitu dengan menggunakan cermin cembung diperoleh hasil bahwa
ikan cupang lebih agresif dalam melakukan aktivitas- aktivitas tersebut dan
jumlahnya lebih banyak. Hal ini disebabkan bayangan ikan cupang terhadap cermin
cembung lebih kecil dari pada ikan cupang, inilah yang menyebabkan cupang lebih
agresif.
Frekuensi
membukanya operculum pada ikan cupang ketika dihadapkan pada cermin datar yaitu
Ikan cupang pertama
frekuensi membukanya operculum = 0,028 Hz
Ikan cupang kedua
frekuensi membukanya operculum = 0,016 Hz
Ikan cupang ketiga
frekuensi membukanya operculum = 0,03 Hz
Frekuensi
membukanya operculum pada ikan cupang ketika dihadapkan pada cermin
cembung yaitu
Ikan cupang pertama
frekuensi membukanya operculum = 0,055 Hz
Ikan cupang kedua
frekuensi membukanya operculum = 0,03 Hz
Ikan cupang ketiga frekuensi
membukanya operculum = 0,045 Hz
I.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi,
Ichsan Moch.1997. Biologi Perikanan. Bogor : Yayasan pustaka Nusantara
Tujaya,
Yushinta.2002. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan.
Makasar :Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanudin.
Ommanney,
F.D.1982. Ikan. Jakarta: Tira Pustaka
JotyAtmadjaja”cupang”.http://books.google.co.id/books?id=D- PKdeoECdUC&printsec=frontcover&dq=cupang&hl=id&sa=X&ei=1mibT8arOMbprQeD6eBj&ved=0CCsQ6AEwAA#v=onepage&q=cupang&f=false
(diakses pada tanggal 1 mei 2012 pukul 17.00 WIB).
LAPORAN
RESMI
PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM
Pengaruh Cermin Datar dan Cermin Cembung
terhadap Prilaku Pertahanan Ikan Cupang

OLEH
:
Ahmad Subrata (11316244003)
Pendidikan
Fisika Internasional
Semester
2
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar