Sabtu, 26 Mei 2012

Pengaruh Cermin Datar dan Cermin Cembung terhadap Prilaku Pertahanan Ikan Cupang


A.          TOPIK :
Pengaruh Cermin Datar dan Cermin Cembung terhadap Prilaku Pertahanan Ikan Cupang
B.          TUJUAN :
1.             Mahasiswa dapat mengamati prilaku ikan cupang ketika dihadapkan pada cermin datar.
2.             Mahasiswa dapat mengamati prilaku ikan cupang ketika dihadapkan pada cermin cembung.
3.             Mahasiswa dapat mengetahui frekuensi membuka operculum ketika dihadapkan pada cermin datar.
4.             Mahasiswa dapat mengetahui frekuensi membuka operculum ketika dihadapkan pada cermin cembung.
C.          ALAT DAN BAHAN :
1.             Akuarium ukuran 40 x 20 x 20 cm kubik
2.             Air
3.             Ikan cupang 3 ekor jantan
4.             Cermin datar
5.             Cermin cembung
D.          LANGKAH KERJA :
1.             Sediakan akuarium kemudian isi akuarium setengah akuarium ukuran 40 x 20 x 20 cm kubik dengan air
2.             Masukan ikan cupang ke dalam akuarium. Tunggu sampai 10 menit agar ikan menyesuaikan dengan kondisi akuarium amati prilakunya dan banyaknya muncul kepermukaan air.
3.             Masukkan cermin datar, sambil dihadapkan pada ikan cupang supaya ikan cupang melihat bayangannya di cermin delama 10 menit, sambil mengamati prilaku ikan cupang.
4.             Mencatat banyaknya membukanya operculum iksn cupang selama 10 menit.
5.             Mencatat banyaknya muncul kepermukaan air selama 10 menit.
6.             Lakukan percobaan diatas dari langkah 2-5, dengan mengganti menggunakan cermin cembung.
7.             Percobaan kembali diulang dengan mengganti ikan cupang yang lain.
E.           DASAR TEORI
Sebagian besar ikan adalah jenis hewan poikiloterm, artinya suhu tubuh tergantung pada suhu lingkungan. Ikan tidak dapat mempertahankan suhu tubuh yang berbeda dengan lingkungan karena sistem pergerakan panas dalam otot-ototnya sebanding dengan yang melalui insang, yaitu sebagian besar panas dalam darah ditransferkan ke otot melalui pembuluh arteri yang merupakan tempat pertukaran gas. Agar suhu tubuhnya tetap stabil ikan melakukan pergerakan misalnya diurnal, nokturnal, musiman dll.(Yushita,2002:5)
Insang merupakan ciri sistem pernafasan pada ikan secara embriologis, yaitu celah insang tumbuh sebagai hasil dari serentetan evaginasi faring yang tumbuh ke luar dan bertemu dengan invaginasi dari luar. Setiap kali mulut dibuka maka air dari luar akan masuk menuju faring kemudian keluar lagi melewati celah insang(Moch. Ichsan Effendie, 1997: 13).
Proses pernafasan sendiri adalah proses pengikatan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh darah melalui permukaan alat pernafasan. Proses pengikatan oksigen tersebut selain dipengaruhi struktur alat pernafasan,juga dipengaruhi perbedaan tekanan parsial O antara perairan dengan darah. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan gas-gas berdifusi ke dalam dan keluar melalui alat pernafasan (Yushinta, 2002: 112)
Proses pernafasan pada ikan dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu:
1.             Pertukaran udara melalui permukaan alat pernafasan
2.             Difusi oksigen dan karbondioksida antar insang dan darah
3.             Transpor O dan CO di dalam darah dan cairan tubuh dari tubuh ke dan dari sel
4.             Pengaturan pernafasan  (Yushinta, 2002; 116)
Oksigen sebagai bahan pernafasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh sebab itu, kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut dalam perairan, tentu saja akan mempengaruhi fisiologi respirasi ikan, dan hanya ikan yang memiliki sistem respirasi  yang sesuai dapat bertahan hidup. (Yushinta,2002:112)
Salah satu ikan yang dapat bertahan di daerah yang kurang menguntungkan ini adalah betta/cupang. Ikan ini memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut dengan labirin. Dengan adanya labirin, ikan cupang dapat mengambil dan menyimpan oksigen lebih banyak. Oleh sebab itu, ikan ini mampu hidup di perairan yang relatif tenang dan miskin oksigen. Bisa dimengerti perairan yang tenang cenderung memiliki kadar oksigen terlarut yang sedikit karena airnya tidak mengalir. Berbeda dengan air yang mengalir yang cenderung mudah terpecah bagian permukaannya, sehingga oksigen udara dapat masuk dengan mudah ke bagian air.

Klasifikasi Dan Morfologi Cupang
Menurut beberapa literatur, nama cupang dimiliki oleh marga Trichopsis seperti Trichop sisvittatus (cupang merah), Trichopsis pumillus (cupang biru), danTrichopsis scalleri (cupang hijau). Ikan “asli” sawahini yang pada awalnya yang menyandang nama ikan cupang tersebut. Namun sejak tahun 60-an, cupang dari margaTrichopsis justru kalah pamor dibandingkan cupang dari marga Betta. Hal tersebut disebabkan warna dan bentuk tubuh ”cupang asli” bermarga Trichopsis ini kalah menarik dibandingkan ikan cupang bermarga Betta. Sejak saat itu masyarakat lebih sering menyebutkan ikan dari marga Betta sebagai ikan cupang, baik cupang hias kontes maupun cupang aduan.
1.             Klasifikasi
Sering kali ,terdapat perbedaan dikalangan masyarakat awam dalam menyebutkan ikan yang sebetulnya layak diberi nama ikan cupang. Hal tersebut disebabkan miripnya morfologi ikan yang berasal dari family Anabantidae ini.Namun, untuk membedakannya dengan ikan sefamililainnya, para ahli pun memasukkan ikan cupang dalam klasifikasi berikut.
Kingdom         :        Animalia
Filum               :        Chordata
Subfilum         :        Craeniata
Kelas               :        Osteichthyes
Subkelas          :        Actinopterygii
Super Ordo     :        Teleostei
Ordo               :        Percomorphoidei
Subordo          :        Anabantoidei
Famili              :        Anabantidae
Genus              :        Betta
Spesies            :        Betta Splendens
2.             Morfologi
Cara mudah untuk mengenali suatu jenis ikan yaitu dengan melihat morfologi atau bentuk tubuhnya. Pada kasus ikan cupang, banyaknya persilangan yang dilakukan penangkaran membuat ikan cupang memiliki ragam perbedaan pada bentuk sirip dan warna tubuhnya. Namun,   perbedaan secara umum masih dapat diketahui. Dengan begitu, perbedaan antara ikan cupang dengan ikan lainnya, cupang jantan dengan ikan betina, serta cupang aduan dan cupang hias dapat dengan nmudah diketahui oleh orang awam sekalipun.
a.         Perbedaan  Morfologi Cupang Dengan Ikan Lainnya
Secara umum, bentuk tubuh ikan cupang cukup bervariasi, mulai dari pipih (compressed) hingga silinder. Sisiknya terlihat besar dan kasar. Adapun pangkal ekor terlihat lebar sehingga tubuhnya terlihat kokoh dan kuat. Lebih spesifik, letak mata cenderung horisontal terhadap bibir. Bahkan, beberapa jenis cupang memiliki letak mata yang sedikit lebih rendah dari bibirnya. Sementara jumlah siripnya lengkap, yaitu terdiri dari sirip pektoral (sirip insang), sirip dorsal (sirip punggung), sirip ventral (sirip perut), sirip anal (sirip dubur), dan sirip kaudal (sirip ekor).
b.        Perbedaan morfologi cupang jantan dan betina
Secara kasat mata, perbedaan antara ikan cupang jantan dan cupang betina dapat dilihat dari bentuk dan warna tubuhnya. Berikut beberapa ciri yang membedakan cupang jantan dan cupang betina.
Cupang jantan:
·           Warna tubuh atraktif dan berwarna-warni
·           Siripnya terlihat mengembang dengan indah
·           Bentuk tubuh lebih panjang dan lebih ramping dibandingkan cupang betina.
Cupang betina:
·           Warna tubuh cebderung pucat dan tidak atraktif
·           Sirip tidak selebar dan tidak seindah cupang jantan
·           Bentuk tubuh pendek dan gemuk
c.         Perbedaan morfologi antara cupang hias dengan cupang aduan
Adapun perbedaan antara cupag hias dan cupang adu pun dapat dilihat dengan kasat mata. Pada dasarnya, semua cupang memiliki agresivitas tinggi dan gemar bertarung. Untuk cupang hias, jenis cupang yang mimiliki warna tubuh yang indah, begitupula dengan siripnya. Semakin mengembang siripnya, akan semakin indah. Sedangkan cupang aduan umumnya tidak memiliki sirip yang lebar dan indah. Namun perawakannya justru terlihat garang, bergigi tajam, ring bibit tebal ,dan berwarna gelap. Cupang adu ditandai dengan warna tubuh yang cenderung gelap.

Habitat dan Perilaku Cupang
Sebagaimana makhluk hidup lainnya, cupang memperhatikan faktor internal dan ekternal yang mempengaruhi dalam kalangsungan hidup cupang. Faktor internal dan eksternal yang dimaksud terkait dengan habitat dan prilaku cupang.
1.             Habitat
Habitat merupakan tempat hidup dimana cuang beraktivitas dan bereproduksi selama hidupnya. Di habitat yang sesuai ikan cupang dapat tumbuh dan berkembang biak secara optimal. Adapun karakteristik perairan yang sesuai ditunjukkan dengan beberapa parameter seperti keasaman (pH) air, suhu perairan, serta kesadahan.
Di alam, cupang ditemukan di daerah beriklim tropis dan hidup di sungai, rawa, persawahan, serta perairan tawar dangkal lainnya. Bisa dibayangkan, habitat cupang alam yang tenang dan teduh akan mudah ditemui di daerah yang banyak ditumbuhi pepohonan. Jika dilakukan pengukuran, umumnya perairan seperti ini mempunyai beberapa karakteristik, yaitu pH 6,5-7,5 kesadahan air berkisar 5-12 dH, dan suhu air 24-30°.
Ikan cupang memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut dengan labirin. Dengan adanya labirin, ikan cupang dapat mengambil dan menyimpan oksigen lebih banyak. Oleh sebab itu, ikan ini mampu hidup di perairan yang relatif tenang dan miskin oksigen sekali pun. Bisa dimengerti kadar oksigen terlarut yang sedikit karena airnya tidak mengalir. Air yang mengalir cenderung mudah terpecah di bagian permukaannya sehingga oksigen udara dapat dengan mudah masuk ke badan air.
2.             Perilaku Cupang
Perilaku berhubungan dengan tingkah laku alami yang ditunjukkan ikan cupang. Salah satunya yaitu perilaku mempertahankan wilayah. Sebagaimana hewan pemangsa lainnya ikan cupang cenderung mendominasi ruang tempat habitatnya tinggal. Oleh sebab itu, cupang jantan akan berusaha mengusir cupang jantan lain yang memasuki wilayahnya. Jika sudah begitu, perkelahian pun dilakukan keduanya untuk menunjukkan identitas sang jawara dan yang berhak menjadi penguasa.
Sikap agresif ikan cupang ini hanya ditunjukkan pada sesama jenisnya. Ikan cupang jantan cenderung bisa berdamai dengan ikan jenis lainnya. Hal tersebut terlihat dari sikap cupang jantan ketika ikan jenis lain mendekati wilayahnya. Ikan cupang akan mengusir ikan lain yang melewati “markasnya” tersebut dengan sedikit gerakan sehingga “tamu tak diundang” itu pun menjauh. Namun, jika sang “tamu” tersebut cupang jantan, sang cupang penguasa wilayah pun akan terus mengejar tamunya tersebut tanpa ampun.
3.             Perilaku Agonistik Ikan Cupang Adu (Betta Spendens)
Perilaku agonistik adalah perilaku yang berhubungan dengan konflik, termasuk berkelahi (fighting), melarikan diri (escaping), dan diam (freezing) (Lehner,1996). Perilaku agonistik meliputi pula beragam ancaman atau perkelahian yang terjadi antar individu dalam suatu populasi.
Perilaku agonistik berkaitan erat dengan agresivitas, yaitu kecenderungan untuk melakukan serangan atau perkelahian. Bentuk-bentuk perilaku tersebut dapat berupa postur tubuh maupun gerakan yang diperlihatkan oleh individu pemenang maupun individu yang kalah dalam kontes perkelahian (Kikkawa & Thorne, 1974)
Perilaku agonistik merupakan salah satu bentuk konflik yang menunjukkan perilaku atau postur tubuh atau penampilan yang khas (display) yang melibatkan mengancam (threat), perkelahian (fighting), melarikan diri (escaping), dan diam (freezing) antar individu dalam populasi atau antar populasi. Individu yang agresif dan mampu menguasai arena perkelahian (teritori) akan memunculkan individu yang kuat (dominan) atau lemah (sub missive  /subordinat). Populasi untuk mengetahui perilaku agonistik ini digunakan ikan cupang adu sebagai hewan uji. Cupang adu (Betta spendens) merupakan jenis ikan laga, individu jantan dapat sangat agresif terhadap jantan lainnya dalam sebuah arena bertarung. Dengan adanya akuarium sebagai media bertarung, maka diharapkan dapat dengan mudah diamati perilaku agonistik diantara ikan cupang jantan.
Baik secara instinktif maupun perilaku terlatih, Betta spendens memiliki karakteristik respons agresif. Dalam suhu air kira-kira antara 24-29 C, ikan cupang secara normal merupakan ikan yang berperilaku sangat. Beberapa perilaku agonistik cupang yang diketahui antara lain:
·                Approach (Ap); mendekat,berenang cepat kemudian berhenti di dekat bayangannya/ ikan lain.
·                Bite; menggigit lawan.
·                Chase (Ch); mengejar lawan yang melarikan diri.
·                Frontal threat (FT); mengancam dari depan dengan membuka operculum, dagu direndahkan dan melebarkan sirip dada saat berhadapan dengan lawan.
·                Side threat (ST); mengancam dari pinggir dengan membuka operculum, dagu direndahkan ke arah lawan dan semua sirip dikembangkan.
·                Mouth to mouth contact (MC); kontak mulut ke mulut yaitu dua individu akan saling mendorong, naik, dan mencengkeram dengan mulut.
·                Flight (FI); melarikan diri.
·                Tail flagging (TF); mengibaskan ekor.
·                Circle (Cl); bergerak memutar arah setelah mendekati lawan.
·                Explore (Ex); menjelajah area tanpa arah yang jelas.

Kebutuhan Oksigen
Kebutuhan oksigen ikan sangat dipengaruhi umur, aktivitas, serta kondisi perairan. Semakin tua suatu organisme, laju metabolismenya semakin rendah. Selain itu, umur mempengaruhi ukuran ikan, sedangkan ukuran ikan yang berbeda membutuhkan oksigen yang berbeda pula. Semakin besar ukuran ikan, jumlah konsumsi oksigen per mg berat badan semakin rendah. Selain perbedaan ukuran, perbedaan aktivitas juga menyebabkan perbedaan kebutuhan oksigen. Jenis ikan yang melakukan perburuan, membutuhkan oksigen lebih banyak dibanding ikan yang hanya menunggu mangsanya. Namun demikian, pemenuhan kebutuhan ini sangat ditentukan oleh kondisi perairan terutama kelarutan oksigen. (Yushinta, 2002: 122)
Untuk menyelidiki karakteristik prilaku ikan cupang dapat memanipulasi bayangan ikan sebagai musuh dengan menggunakan cermin. Cermin adalah permukaan logan atau kaca yang bagian belakangnya berlapiskan amalgam perak sehingga dapat memantulkan berkas cahaya hampir 100%. Permukaan yang mempunyai daya pantul yang sangat baik terhadap cahaya disebut cermin. Cermin yang permukaan pantulnya datar disebut dengan cermin datar dan jika permukaannya cembung disebut cermin cembung.
Sifat yang dibentuk oleh cermin datar adalah semu dan besar bayangan sama dengan besar benda. Sedangkan sifat bayangan pada cermin cembung adalah bayangan yang terjadi semu dan lebih kecil dari benda (obyek) (soepono, 1974:107)

F.           DATA PENGAMATAN
Cupang 1
No.
Perilaku Cupang
Waktu
(menit)
Sebelum dipasang cermin
Cermin
Datar
Cembung
1.
Aktivitas/ gerakan
10
Berputar-putar, berenang cepat, berdiam.
Gerakan memutari cermin setelah menyerang cermin. Sirip mengembang dan mengibarkan siripnya ke cermin
Gerakan setelah menumbuk memutari cermin. Ikan lebih agresif dalam melakukan serangan, mengibarkan siripnya ke cermin
2.
Operculum
10
-
17
33
3.
Muncul kepermukaan
10
13
16
21


Cupang 2
No.
Perilaku Cupang
Waktu (menit)
Sebelum  dipasang cermin
Cermin
Datar
Cembung
1.
Aktivitas/ gerakan
10
Berputar-putar, ikan banyak berdiam dan sedikit bergerak.
Gerakan memutari cermin setelah menyerang cermin. Sirip mengembang dan mengibarkan siripnya ke cermin
Gerakan setelah menumbuk memutari cermin. Ikan lebih agresif dalam melakukan serangan, mengibarkan siripnya ke cermin
2.
Operculum
10
-
10
18
3.
Muncul kepermukaan
10
11
13
22




Cupang 3
No.
Prilaku Cupang
Waktu (menit)
Sebelum  dipasang cermin
Cermin
Datar
Cembung
1.
Aktivitas/ gerakan
10
Berputar-putar, gerakan lambat.
Gerakan memutari cermin setelah menyerang cermin. Setelah menumbuk cermin sesekali menjauhi cermin. Sirip mengembang dan mengibarkan siripnya ke cermin
Gerakan setelah menumbuk memutari cermin. Ikan lebih agresif dalam melakukan serangan, mengibarkan siripnya ke cermin. Sesekali menjauhi cermin setelah menyerang.
2.
Operculum
10
-
18
27
3.
Muncul kepermukaan
10
4
10
20
     


G.         PEMBAHASAN
Percobaan ini berjudul “Pengaruh Dua Jenis Cermin Terhadap Perilaku Pertahanan Ikan Cupang”. Tujuan dari percobaan ini adalah
1.             Mahasiswa dapat mengamati prilaku ikan cupang ketika dihadapkan pada cermin datar
2.             Mahasiswa dapat mengamati prilaku ikan cupang ketika dihadapkan pada cermin cembung
3.             Mahasiswa dapat mengetahui frekuensi membuka operculum ketika dihadapkan pada cermin datar
4.             Mahasiswa dapat mengetahui frekuensi membuka operculum ketika dihadapkan pada cermin cembung
Percobaan ini menggunakan akuarium dengan ukuran 40 x 20 x 20 cm kubik. Kemudian diisi dengan air separuhnya dari volume akuarium.
Sebagian besar Ikan adalah jenis hewan poikiloterm, termasuk cupang (betta splendens) yang merupakan anggota famili Anabantidae merupakan satu-satunya famili yang mecakup seluruh ikan berlabirin. Betta splendens memiliki tubuh yang lonjong dengan bagian depan sedikit membulat dan memipih pada bagian belakang.
Ikan jantan memiliki warna metalik yang mengkilat. Pada umumnya cupang dapat hidup pada karakteristik perairan yang kurang menguntungkan, karena cupang memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut dengan labirin. Adapun taksonomi ikan cupang adu (Betta splendens) adalah:
Kingdom         :        Animalia
Filum               :        Chordata
Subfilum         :        Craeniata
Kelas               :        Osteichthyes
Subkelas          :        Actinopterygii
Super Ordo     :        Teleostei
Ordo               :        Percomorphoidei
Subordo          :        Anabantoidei
Famili              :        Anabantidae
Genus              :        Betta
Spesies            :        BettaSplendens
Cupang cenderung mendominasi ruangan dimana habitatnya tinggal, sehingga cupang akan selalu meghalau cupang jantan lain yang memasuki wilayahnya, maka konflik tidak dapat terhindarkan.
Hal ini ditunjukkan pada percobaan saya, yaitu cupang akan selalu mendekat dan menyerang bayangan ikan yang ada pada cermin , selanjutnya cupang berputar mengelilingi cermin dan menyerang lagi sampai berulang-ulang  dalam waktu 10 menit . Pada percobaan yang pertama (cupang pertama) dengan cermin datar ikan cupang  melakukan serangan pada bayangan ikan ditandai dengan membukanya operculum sebanyak 17 kali, berarti frekuensi membukanya operculum yaitu  0,028 Hz. selanjutnya gerakan memutari cermin setelah menyerang cermin. Setelah menumbuk cermin sesekali menjauhi cermin. Sirip mengembang dan mengibarkan siripnya ke permukaan cermin pada bayangan . Ikan cupang juga muncul kepermukaan air untuk mengambil oksigen untuk bernapas sebanyak  16 kali dalam waktu 10 menit.
Percobaan yang kedua (cupang kedua) dengan cermin datar ikan cupang  melakukan serangan pada bayangan ikan ditandai dengan membukanya operculum sebanyak 10 kali, berarti frekuensi membukanya operculum yaitu 0,016 Hz. Selanjutnya gerakan memutari cermin setelah menyerang cermin. Setelah menumbuk cermin sesekali menjauhi cermin. Sirip mengembang dan mengibarkan siripnya ke permukaan cermin pada bayangan . Ikan cupang juga muncul kepermukaan air untuk mengambil oksigen untuk bernapas sebanyak  13 kali dalam waktu 10 menit.
Percobaan yang ketiga (cupang ketiga) dengan cermin datar ikan cupang  melakukan serangan pada bayangan ikan ditandai dengan membukanya operculum sebanyak 18 kali , berarti frekuensi membukanya operculum yaitu 0,03 Hz. Selanjutnya gerakan memutari cermin setelah menyerang cermin. Setelah menumbuk cermin sesekali menjauhi cermin. Sirip mengembang dan mengibarkan siripnya ke permukaan cermin pada bayangan . Ikan cupang juga muncul kepermukaan air untuk mengambil oksigen untuk bernapas sebanyak  10 kali dalam waktu 10 menit.
Pada percobaan yang pertama (cupang pertama) dengan cermin cembung ikan cupang  melakukan serangan pada bayangan ikan ditandai dengan membukanya operculum sebanyak  33 kali, berarti frekuensi membukanya operculum yaitu 0,055 Hz.  Selanjutnya gerakan memutari cermin setelah menyerang cermin. Setelah menumbuk cermin sesekali menjauhi cermin. Sirip mengembang dan mengibarkan siripnya ke permukaan cermin pada bayangan . Ikan cupang juga muncul kepermukaan air untuk mengambil oksigen untuk bernapas sebanyak  21 kali dalam waktu 10 menit. Pada percobaan ini dapat dilihat bahwa ikan cupang lebih agresif dalam melakukan serangan ini dapat kita amati dari banyaknya membuka operculum.
Pada percobaan yang kedua (cupang kedua) dengan cermin cembung ikan cupang  melakukan serangan pada bayangan ikan ditandai dengan membukanya operculum sebanyak  18 kali , berarti frekuensi membukanya operculum yaitu 0,03 Hz. Selanjutnya gerakan memutari cermin setelah menyerang cermin. Setelah menumbuk cermin sesekali menjauhi cermin. Sirip mengembang dan mengibarkan siripnya ke permukaan cermin pada bayangan . Ikan cupang juga muncul kepermukaan air untuk mengambil oksigen untuk bernapas sebanyak  22 kali dalam waktu 10 menit. Pada percobaan ini dapat dilihat bahwa ikan cupang lebih agresif dalam melakukan serangan ini dapat kita amati dari banyaknya membuka operculum.
Pada percobaan yang ketiga (cupang ketiga) dengan cermin cembung ikan cupang  melakukan serangan pada bayangan ikan ditandai dengan membukanya operculum sebanyak  27 kali, berarti frekuensi membukanya operculum yaitu 0,045 Hz. selanjutnya gerakan memutari cermin setelah menyerang cermin. Setelah menumbuk cermin sesekali menjauhi cermin. Sirip mengembang dan mengibarkan siripnya ke permukaan cermin pada bayangan . Ikan cupang juga muncul kepermukaan air untuk mengambil oksigen untuk bernapas sebanyak  20 kali dalam waktu 10 menit. Pada percobaan ini dapat dilihat bahwa ikan cupang lebih agresif dalam melakukan serangan ini dapat kita amati dari banyaknya membuka operculum.
Dari pengamatan perilaku cupang dengan cermin datar dan cermin cembung dapat kita ambil kesimpulan. Bahwa sifat cermin datar dan cembung adalah selalu membentuk bayangan maya namun pada cermin datar besar bayangan sama dengan besar bendanya (obyek) ,sedangkan pada cermin cembung bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung lebih kecil dari bendanya. Atas dasar ini pada saat mengamati prilaku cupang dengan menggunakan cermin datar dan cembung  yaitu ikan cupang  melakukan gerakan memutari cermin setelah menyerang bayangan cermin. Setelah menumbuk cermin sesekali menjauhi cermin. Sirip mengembang dan mengibarkan siripnya ke permukaan cermin pada bayangan. Muncul kepermukaan air untuk mengambil oksigen. Namun frekuensi serangan, membukanya operculum , dan munculnya kepermukaan air untuk mengambil oksigen berbeda,yaitu dengan menggunakan cermin cembung diperoleh hasil bahwa ikan cupang lebih agresif dalam melakukan aktivitas- aktivitas tersebut dan jumlahnya lebih banyak. Hal ini disebabkan bayangan ikan cupang terhadap cermin cembung lebih kecil dari pada ikan cupang, inilah yang menyebabkan cupang lebih agresif.
Pada saat ikan cupang berputar mengelilingi cermin, ikan itu melakukan pertahanan terhadap teritorialnya dan melakukan persiapan serangan terhadap ikan cupang lain (musuhnya). Pada saat melakukan serangan operculum membuka hal ini dilakukan untuk menakut-nakuti musuhnya. Pada saat ikan cupang melakukan aktivitas sering muncul kepermukaan air hal ini untuk melepaskan gelembung udara kotor dan meneguk udara segar untuk disimpan dalam sepasang rongga di atasnya. Karena berisi lempeng tipis yang dislimuti pembuluh darah halus, sehingga udara tambahan tersebut dapat menukar oksigen dengan gas buangan secara langsung. Semakin banyaknya ikan cupang melakukan aktivitas semakin banyak juga ikan cupang muncul kepermukaan(F.D. Ommanney, 1982:55)



H.         KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang berjudul “Pengaruh Cermin Datar Dan Cermin Cembung Terhadap Perilaku Pertahanan Ikan Cupang”. Dan selanjutnya dilakukan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
Pengaruh cermin datar terhadap perilaku ikan cupang yaitu ikan cupang melakukan gerakan memutari cermin setelah menyerang bayangan cermin. Setelah menumbuk cermin sesekali menjauhi cermin. Sirip mengembang dan mengibarkan siripnya ke permukaan cermin pada bayangan. Muncul kepermukaan air untuk mengambil oksigen.
Pengaruh cermin cembung terhadap perilaku ikan cupang yaitu ikan cupang  melakukan gerakan memutari cermin setelah menyerang bayangan cermin. Setelah menumbuk cermin sesekali menjauhi cermin. Sirip mengembang dan mengibarkan siripnya ke permukaan cermin pada bayangan. Muncul kepermukaan air untuk mengambil oksigen.
Namun frekuensi serangan, membukanya operculum , dan munculnya kepermukaan air untuk mengambil oksigen berbeda , ketika ikan cupang dihadapkan pada cermin datar dan cermin cembung ,yaitu dengan menggunakan cermin cembung diperoleh hasil bahwa ikan cupang lebih agresif dalam melakukan aktivitas- aktivitas tersebut dan jumlahnya lebih banyak. Hal ini disebabkan bayangan ikan cupang terhadap cermin cembung lebih kecil dari pada ikan cupang, inilah yang menyebabkan cupang lebih agresif.
Frekuensi membukanya operculum pada ikan cupang ketika dihadapkan pada cermin datar yaitu
Ikan cupang pertama frekuensi membukanya operculum = 0,028 Hz
Ikan cupang kedua frekuensi membukanya operculum = 0,016 Hz
Ikan cupang ketiga frekuensi membukanya operculum = 0,03 Hz
Frekuensi membukanya operculum pada ikan cupang ketika dihadapkan pada cermin cembung  yaitu
Ikan cupang pertama frekuensi membukanya operculum = 0,055 Hz
Ikan cupang kedua frekuensi membukanya operculum = 0,03 Hz
Ikan cupang ketiga frekuensi membukanya operculum = 0,045 Hz


I.             DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Ichsan Moch.1997. Biologi Perikanan. Bogor : Yayasan pustaka Nusantara
Tujaya, Yushinta.2002. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Makasar :Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanudin.
Ommanney, F.D.1982. Ikan. Jakarta: Tira Pustaka
JotyAtmadjaja”cupang”.http://books.google.co.id/books?id=D- PKdeoECdUC&printsec=frontcover&dq=cupang&hl=id&sa=X&ei=1mibT8arOMbprQeD6eBj&ved=0CCsQ6AEwAA#v=onepage&q=cupang&f=false (diakses pada tanggal 1 mei 2012 pukul 17.00 WIB).


















LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
Pengaruh Cermin Datar dan Cermin Cembung terhadap Prilaku Pertahanan Ikan Cupang

 

OLEH :
Ahmad Subrata (11316244003)
Pendidikan Fisika Internasional
Semester 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012